RSS

KISAH KEBAIKAN POHON KAKTUS

Sebatang pohon kaktus tumbuh di tengah-tengah gurun pasir yang luas. Tak ada kaktus lain yang tumbuh di sana. Ia satu-satunya kaktus yang berdiri entah di mana di gurun yang gersang itu. Kaktus itu merasa heran, untuk apa ia tumbuh di tempat itu.

"Aku tak melakukan apa-apa selain berdiri di sini sepanjang hari," keluhnya.
"Lalu, apa gunanya aku ada di sini. Sepertinya aku adalah tanaman terburuk yang tumbuh di gurun ini. Lihatlah, batang-batangku kurus dan berduri.
Daun-daunku kenyal seperti karet dan kasar. Kulitku tipis dan berbenjol-benjol. Aku tak dapat memberikan apa-apa. Aku tak bisa menjadi tempat berteduh ataupun buah yang segar bagi pengelana yang melintasi gurun ini. Sepertinya aku ini sungguh tak berguna."

Memang, apa yang dilakukannya sepanjang hari hanyalah berdiri di bawah terik matahari. Setiap hari ia tumbuh semakin tinggi dan gemuk. Kini duri-durinya tumbuh semakin panjang, daun-daunnya semakin sana-sini. Benar-benar kelihatan aneh sekali.

"Aku harap setidaknya aku bisa melakukan sesuatu yang berguna," bisiknya sedih.

Pada siang hari seekor elang berputar-putar di ketinggian gurun dengan gagahnya.

"Apa yang bisa aku lakukan dengan hidupku ini?" teriak kaktus pada elang. Entah terdengar atau tidak, elang lalu terbang meninggalkannya.

Pada malam hari, bulan melayang di atas langit dan memancarkan sinar pucatnya ke seluruh penjuru gurun.

"Hal baik apa yang bisa aku lakukan dalam hidupku in?" teriak kaktus pada bulan. Tetapi bulan tetap menggantung di langit sepanjang malam.

Seekor kadal merayap di dekatnya meninggalkan jejak-jejak indah di atas pasir.

"Hai kadal," seru kaktus. "Menurutmu manfaat apa yang bisa aku berikan dalam hidupku ini?"

"Kau?" kadal terkekeh-kekeh. Ia diam sejenak. "Manfaat darimu? Tanyalah sendiri mengapa kau tak bisa melakukan apa-apa. Lihatlah, elang bisa melayang dengan indah di udara. Kita semua bisa mengagumi kemampuannya meliuk-liuk di sana. Lihatlah, bulan tergantung di langit seperti lentera di malam hari. Cahayanya menerangi kita agar bisa kembali pulang ke rumah. Bahkan, aku, kadal tanah masih bisa melakukan sesuatu yang berguna. Jejak-jejakku menghiasi pasir gurun ini. Tapi kau? Kau tak melakukan apa-apa selain berdiri dengan buruknya di situ setiap hari."

Begitulah terus hingga bertahun-tahun. Pada akhirnya, ketika sang kaktus telah menjadi tua. Usianya mungkin tinggal sebentar lagi. Ia merasa sesuatu terjadi pada tubuhnya. "Oh Tuhan," jeritnya. "Aku telah berusaha dengan keras bertahun-tahun agar menjadi sesuatu yang berguna. Maafkan aku bila aku
gagal melakukan sesuatu yang bermanfaat bagi gurun ini. Aku takut aku telah terlambat."

Tapi pada saat itu, tubuhnya terguncang dan bergetar dengan hebat. Dari dalam tubuhnya muncul dan mekarlah sebongkah bunga yang indah, bagaikan mahkota cantik di atas kerumunan kelopak bunga. Belum pernah gurun itu melihat bunga yang cantik seperti itu. Angin yang mencium wewangian aroma
bunga itu terkagum-kagum dan segera menyebarkannya agar bisa dinikmati oleh seluruh penjuru gurun. Kupu-kupu yang selama ini menjauh, kini mengerubungi mengagumi kecantikan bunga kaktus. Di malam hari bulan sengaja memayungi bunga kaktus sehingga menciptakan bayangan yang anggun.

Keindahan bunga itu kini melenyapkan seluruh keputus-asaan sang kaktus selama ini. Pada akhirnya ia bisa memberikan sesuatu yang berguna bagi gurun ini, bagi kehidupan ini.

Seorang pengelana yang melintasi berbisik padanya, "Kaktus, kau telah menunggu sekian lama. Kini menjelang hayatmu, akhirnya kau berhasil mempersembahkan sesuatu bagi kita semua. Tahukah kau, bahwa hati yang senantiasa mencari kebaikan pada akhirnya akan memberikan kebaikan pula. Tak peduli bagaimana wujud dan kerasnya kerjamu. Karena hanya kebaikanlah yang dapat memberikan kebahagiaan, meski hanya sejenak." Ketika sang kaktus menatap wajah pengelana itu, tiba-tiba pengelana itu lenyap menjadi asap dan membumbung tinggi ke langit.

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

MENCINTAI TANPA SYARAT

 Dilihat dari usianya beliau sudah tidak muda lagi, usia yg sudah senja bahkan sudah mendekati malam, pak Suyatno 58 tahun kesehariannya diisi dengan merawat istrinya yang sakit istrinya juga sudah tua. Mereka menikah sudah lebih 32 tahun
Mereka dikarunia 4 orang anak disinilah awal cobaan menerpa, setelah istrinya melahirkan anak ke empat tiba2 kakinya lumpuh dan tidak bisa digerakkan itu terjadi selama 2 tahun, menginjak tahun ke tiga seluruh tubuhnya menjadi lemah bahkan terasa tidak bertulang, lidahnya pun sudah tidak bisa digerakkan lagi.
Setiap hari pak suyatno memandikan, membersihkan kotoran, menyuapi, dan mengangkat istrinya keatas tempat tidur. Sebelum berangkat kerja dia letakkan istrinya didepan TV supaya istrinya tidak merasa kesepian.
Walau istrinya tidak dapat bicara tapi dia selalu melihat istrinya tersenyum, untunglah tempat usaha pak suyatno tidak begitu jauh dari rumahnya sehingga siang hari dia pulang untuk menyuapi istrinya makan siang. Sorenya dia pulang memandikan istrinya, mengganti pakaian dan selepas maghrib dia temani istrinya nonton televisi sambil menceritakan apa2 saja yg dia alami seharian.
Walaupun istrinya hanya bisa memandang tapi tidak bisa menanggapi, pak suyatno sudah cukup senang bahkan dia selalu menggoda istrinya setiap berangkat tidur.
Rutinitas ini dilakukan pak suyatno lebih kurang 25 tahun, dengan sabar dia merawat istrinya bahkan sambil membesarkan ke empat buah hati mereka, sekarang anak2 mereka sudah dewasa tinggal si bungsu yg masih kuliah.
Pada suatu hari ke empat anak suyatno berkumpul dirumah orang tua mereka sambil menjenguk ibunya. Karena setelah anak mereka menikah sudah tinggal dengan keluarga masing2 dan pak suyatno memutuskan ibu mereka dia yg merawat, yang dia inginkan hanya satu semua anaknya berhasil.
Dengan kalimat yg cukup hati2 anak yg sulung berkata " Pak kami ingin sekali merawat ibu semenjak kami kecil melihat bapak merawat ibu tidak ada sedikitpun keluhan keluar dari bibir bapak..... bahkan bapak tidak ijinkan kami menjaga ibu" .
dengan air mata berlinang anak itu melanjutkan kata2nya "sudah yg keempat kalinya kami mengijinkan bapak menikah lagi, kami rasa ibupun akan mengijinkannya, kapan bapak menikmati masa tua bapak dengan berkorban seperti ini kami sudah tidak tega melihat bapak, kami janji kami akan merawat ibu sebaik-baik secara bergantian".
Pak suyatno menjawab hal yg sama sekali tidak diduga anak2 mereka."
Anak2ku .... Jikalau pernikahan & hidup didunia ini hanya untuk nafsu, mungkin bapak akan menikah......tapi ketahuilah dengan adanya ibu kalian disampingku itu sudah lebih dari cukup, dia telah melahirkan kalian..
sejenak kerongkongannya tersekat,... kalian yg selalu kurindukan hadir didunia ini dengan penuh cinta yg tidak satupun dapat menghargai dengan apapun. coba kalian tanya ibumu apakah dia menginginkan keadaanya seperti Ini.
kalian menginginkan bapak bahagia, apakah bathin bapak bisa bahagia meninggalkan ibumu dengan keadaanya sekarang, kalian menginginkan bapak yg masih diberi Tuhan kesehatan dirawat oleh orang lain, bagaimana dengan ibumu yg masih sakit."
Sejenak meledaklah tangis anak2 pak suyatno merekapun melihat butiran2 kecil jatuh dipelupuk mata ibu suyatno.. dengan pilu ditatapnya mata suami yg sangat dicintainya itu..
Sampailah akhirnya pak suyatno diundang oleh salah satu stasiun TV swasta untuk menjadi nara sumber dan merekapun mengajukan pertanyaan kepada suyatno kenapa mampu bertahan selama 25 tahun merawat Istrinya yg sudah tidak bisa apa2..
disaat itulah meledak tangis beliau dengan tamu yg hadir di studio kebanyakan kaum perempuanpun tidak sanggup menahan haru disitulah pak Suyatno bercerita.
"Jika manusia didunia ini mengagungkan sebuah cinta dalam pernikahannya, tetapi tidak mau memberi ( memberi waktu, tenaga, pikiran, perhatian ) adalah kesia-siaan.
Saya memilih istri saya menjadi pendamping hidup saya,dan sewaktu dia sehat diapun dengan sabar merawat saya, mencintai saya dengan hati dan bathinnya bukan dengan mata, dan dia memberi saya 4 orang anak yg lucu2..
Sekarang dia sakit karena berkorban untuk cinta kita bersama.. dan itu merupakan ujian bagi saya, apakah saya dapat memegang komitmen untuk mencintainya apa adanya. sehatpun belum tentu saya mencari penggantinya apalagi dia sakit,,,"

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS